Penyebab utama kanker paru-paru adalah merokok. Kementerian Kesehatan mengutip data dari WHO, menyatakan kematian akibat penyakit paru-paru di antara perokok mencapai 40 persen di seluruh dunia.
Penyakit paru-paru yang dimaksud bisa berupa penyakit pernapasan kronis, TBC, dan kanker paru-paru.
Penelitian lainnya dari National Center for Biotechnology Information (NCBI) turut menyatakan angka kematian akibat kanker paru-paru tiap tahun di seluruh dunia mencapai satu juta orang, terutama akibat merokok.
Risiko terserang kanker paru-paru akibat merokok mencapai 90 persen bagi pria dan 70-80 persen bagi wanita.
Bagaimana merokok bisa menjadi penyebab utama kanker paru-paru?
Kebiasaan merokok akan meningkatkan risiko seseorang terserang kanker paru-paru. Hal ini berlaku bagi perokok aktif yang merokok sebungkus sehari atau sebatang sehari, termasuk juga bagi orang-orang yang bukan peroko di sekitarnya (perokok pasif).
Orang-orang yang berhenti merokok bisa mengurangi risiko dirinya terserang kanker paru-paru dibandingkan perokok yang masih aktif. Namun risiko mereka masih lebih tinggi dibandingkan para perokok pasif atau orang-orang yang belum pernah merokok.
Cara terbaik untuk mengurangi risiko kanker paru-paru adalah berhenti merokok dan tindakan ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, berapa pun usia si perokok.
Berikut ini beberapa dampak merusak dari kebiasaan merokok terhadap tubuh sekaligus meningkatkan risiko seseorang bisa terserang kanker paru-paru..
- Menurunkan fungsi kekebalan tubuh
Asap dari rokok mengandung racun yang dapat merusak sistem imun tubuh. Dampak negatif ini menyulitkan upaya alami tubuh mengeliminasi perkembangan sel tumor yang berpotensi menjadi ganas (kanker). Dalam jangka panjang, sel-sel kanker atau tumor ganas makin kuat dan leluasa untuk tumbuh tidak terkendali. - Merusak DNA
Racun yang sama akibat dari mengisap atau menghirup asap rokok bisa memberikan efek mutasi gen pada sel DNA. Selanjutnya, perubahan sel DNA ini akhirnya mengganggu perilaku pembelahan sel sehat hingga akhirnya memicu terbentuknya sel-sel tumor. Jika tidak ditangani, penumpukan sel tumor berisiko menjadi ganas (kanker). - Zat kimia karsinogenik
Rokok mengandung sekitar 7,000 bahan kimia, dan setidaknya 250 di antaranya diketahui berbahaya. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 di antaranya bersifat karsinogen, yaitu zat yang dapat menyebabkan kanker. Beberapa contoh zat karsinogen ini adalah nikotin, tar, arsenik, benzena, formaldehida, vinil klorida, dan lain-lain. - Peradangan dan kerusakan jaringan
Asap rokok juga menyebabkan peradangan dan iritasi pada jaringan paru-paru. Peradangan jangka panjang ini bisa menyebabkan kerusakan pada sel-sel dan jaringan di paru-paru, yang kemudian bisa memicu atau mempercepat proses karsinogenesis (pembentukan kanker). - Faktor sinergistik
Merokok juga meningkatkan risiko terkena jenis kanker lain, dan bisa memperparah efek dari paparan zat karsinogen lainnya (seperti asbes atau radon), sehingga secara keseluruhan meningkatkan risiko kanker paru-paru. - Efek kumulatif
Risiko kanker paru-paru meningkat seiring dengan lamanya seseorang merokok dan jumlah rokok yang dihisap. Risiko ini tidak hilang sepenuhnya meskipun seseorang berhenti merokok, tetapi memang berkurang secara signifikan setelah berhenti.
Maka dari itu, tidak ada alasan lagi. Hentikan merokok dari sekarang. Setidaknya upayakan suatu solusi untuk menghentikannya secara bertahap, namun signifikan. Gunakan target tertentu agar dirimu termotivasi dan akhirnya bisa terbebas dari rokok.
Penyebab kanker paru-paru lainnya di sekitar kita
Ada beberapa hal yang ternyata bisa meningkatkan risiko kita terserang kanker paru-paru dan sebagian besarnya berada sangat dekat dengan aktivitas sehari-hari. Namun, bukan berarti kita tidak bisa hindari.
Meski dekat dengan kita, kita masih bisa antisipasi dengan melakukan tindakan pencegahan supaya tidak terekspos secara langsung. Ini dia beberapa penyebab kanker paru-paru yang tidak diduga-duga.
Polusi udara
Polusi udara bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru karena mengandung partikel dan senyawa kimia karsinogenik yang bisa merusak DNA sel paru-paru. Paparan jangka panjang terhadap polusi udara juga menyebabkan peradangan dan stres oksidatif di paru-paru, yang bisa memicu atau mempercepat proses karsinogenesis.
Selain itu, polusi udara bisa menurunkan fungsi sistem kekebalan tubuh, membuatnya lebih sulit bagi tubuh untuk memerangi sel kanker atau sel tumor ganas.
Radon
Radon adalah gas radioaktif yang terbentuk secara alami dari peluruhan unsur radium di tanah, batuan, dan air. Ketika terhirup, partikel radon bisa memancarkan radiasi alfa yang merusak DNA sel paru-paru. Karena sifatnya yang radioaktif dan potensinya untuk merusak DNA, radon adalah penyebab terkemuka kedua dari kanker paru-paru setelah merokok.
Asbes
Asbes adalah mineral serat karsinogenik yang ketika terhirup, serat-seratnya bisa menempel pada jaringan paru-paru dan menyebabkan kerusakan seluler. Ini memicu peradangan jangka panjang dan bisa merusak DNA. Paparan terhadap asbes, terutama dalam durasi waktu yang lama, bisa meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru.
Faktor genetik
Faktor genetik turut berperan kepada sejauh mana seseorang berisiko terkena kanker paru-paru. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker paru-paru berkemungkinan memiliki variasi genetik yang membuat sel paru-paru lebih rentan terhadap kerusakan atau mutasi yang bisa memicu kanker.
Meskipun faktor genetik sendiri jarang menjadi penyebab tunggal, kombinasi dengan faktor risiko lain, seperti merokok atau paparan polutan, bisa meningkatkan risiko secara signifikan.
Minuman keras
Konsumsi minuman keras (alkohol) dalam jumlah berlebihan bisa meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, misalnya kanker lambung dan kanker paru-paru.
Alkohol bisa merusak sel-sel dan DNA, serta menghasilkan senyawa kimia karsinogenik. Selain itu, alkohol juga bisa menurunkan efektivitas sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih sulit memerangi sel kanker atau sel tumor ganas.
Terapi radiasi
Terapi radiasi umumnya digunakan untuk mengobati kanker atau kondisi medis lain dengan cara memancarkan radiasi ke jaringan tubuh untuk membunuh sel kanker atau menghentikan pertumbuhannya.
Namun, radiasi juga bisa merusak sel-sel sehat di sekitarnya, termasuk sel paru-paru. Kerusakan pada DNA sel-sel ini bisa memicu mutasi yang meningkatkan risiko terbentuknya kanker paru-paru di kemudian hari. Meski risikonya relatif kecil, ada kemungkinan untuk mengembangkan kanker sekunder akibat terapi radiasi.
Makanan sehari-hari
Beberapa jenis makanan dan pola makan sehari-hari yang tidak seimbang, seperti konsumsi daging merah yang berlebihan atau makanan yang mengandung banyak pengawet dan bahan kimia, bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Zat-zat karsinogenik dalam makanan ini bisa merusak DNA dan memicu peradangan di paru-paru, faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker. Meskipun hubungannya tidak sekuat merokok atau paparan asbes, pola makan yang buruk tetap bisa menjadi faktor risiko.
Virus
Beberapa jenis virus, seperti virus Epstein-Barr atau Human Papillomavirus (HPV), diketahui memiliki potensi untuk menyebabkan kanker. Meskipun jarang menjadi penyebab utama kanker paru-paru, virus-virus ini bisa merusak DNA sel atau mengganggu mekanisme pengendalian sel, sehingga memicu pertumbuhan sel tumor ganas atau sel kanker.
Selain itu, infeksi virus bisa menyebabkan peradangan dan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker.
Upaya yang paling efektif dalam mengurangi risiko terserang kanker paru-paru yang paling mudah dan efektif adalah dengan menghindar dari faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, jangan ragu untuk memeriksakan kesehatan secara berkala.
Berkonsultasi dengan dokter menjadi langkah yang penting juga, terutama jika kamu memiliki faktor risiko yang permanen, misalnya genetik, atau sedang mengalami gejala yang mengkhawatirkan. Dengan gaya hidup sehat dan pencegahan proaktif, risiko terkena kanker paru-paru dapat diminimalkan.
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional, dan tidak boleh diandalkan untuk saran medis tertentu.