Batu Ginjal Bisa Sembuh! Ini Pilihan Dokter Spesialis dan Metode Pengobatan yang Tepat

Secara global, kasus batu ginjal terus meningkat dengan pilihan obat yang terbatas. Studi menyebutkan bahwa sekitar 12% populasi dunia mengalaminya, lebih sering pada pria usia 20–49 tahun, meski bisa terjadi pada siapa saja.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencatat prevalensi batu ginjal di Indonesia adalah 0,6% atau sekitar 6 per 1.000 penduduk, yang berarti sekitar 1.499.400 orang menderita kondisi ini.

Penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang terus meningkat, baik secara global maupun di Indonesia. Dengan jutaan orang terdampak,upaya pencegahan dan penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk menekan angka kejadian dan kekambuhan.

Penyebab Penyakit Batu Ginjal

Kelebihan kalsium, oksalat, dan fosfor dalam urine dapat memicu pembentukan batu. Mineral ini sebenarnya ada secara alami dan tidak berbahaya dalam jumlah rendah.

Faktor yang dapat meningkatkan risikonya meliputi:

• Kadar mineral yang berlebihan: Kalsium, oksalat, dan fosfor dalam jumlah tinggi dapat mengendap dan membentuk batu.
• Pola makan: Konsumsi makanan tertentu bisa meningkatkan risiko pada orang yang lebih mudah mengalami kondisi ini.

Jenis Penyakit Batu Ginjal

Menurut National Kidney Foundation, terdapat empat jenis utama batu ginjal:

1. Kalsium Oksalat: Jenis paling umum yang terjadi saat kalsium dan oksalat dalam urine bergabung, terutama jika asupan cairan kurang atau terdapat faktor risiko lainnya.
2. Asam Urat: Disebabkan oleh kadar purin tinggi dari makanan seperti jeroan dan seafood, yang meningkatkan produksi monosodium urat dan dapat membentuk batu, terutama pada individu dengan riwayat keluarga serupa.
3. Struvit: Jenis ini lebih jarang dan biasanya muncul akibat infeksi saluran kemih bagian atas.
4. Sistin: Batu yang langka dan cenderung bersifat keturunan.

Apakah Batu Ginjal Bisa Sembuh?

Dengan penanganan yang tepat, penyakit batu ginjal bisa sembuh. Sekitar 50-75% kasus dapat diatasi dengan terapi gelombang kejut (SWL) dalam tiga bulan, terutama untuk batu kecil (<1 cm). Namun, risiko kekambuhan mencapai 35-50% dalam lima tahun. 

Oleh karena itu, penting untuk melakukan tindakan pencegahan, seperti menjaga asupan cairan dan pola makan yang sehat, guna mengurangi risiko pembentukan batu ginjal di masa mendatang.​

Batu Ginjal Harus ke Dokter Apa?

Pasien dengan penyakit batu ginjal sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis berikut:

• Dokter Spesialis Urologi: Menangani gangguan saluran kemih dan prosedur khusus untuk mengeluarkan batu ginjal.
• Dokter Nefrologi: Berfokus pada kesehatan ginjal dan gangguan fungsi ginjal.
• Dokter Bedah Urologi: Melakukan tindakan medis atau operasi seperti ureteroskopi atau prosedur lainnya untuk mengangkat batu ginjal.

Metode Pengobatan Penyakit Batu Ginjal

Penanganan penyakit batu ginjal dapat dilakukan dengan beberapa metode, mulai dari terapi medis hingga prosedur minimal invasif. Pemilihan metode tergantung pada ukuran, lokasi, dan jenis batu ginjal, serta kondisi kesehatan pasien.

Pengobatan Non-Bedah

• Terapi Medis: Obat seperti α-blockers membantu mengeluarkan batu di ureter (>5 mm).
• Kemolisis Oral: Larutan alkalin seperti kalium sitrat dapat melarutkan batu asam urat, meski efektivitasnya bervariasi.
• ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy): Menghancurkan batu dengan gelombang kejut, efektif untuk batu kecil dengan risiko komplikasi rendah.

Pengobatan Bedah

• Ureteroskopi (URS): Menggunakan alat khusus untuk mengangkat atau menghancurkan batu, sering menggunakan laser Ho:YAG.
• PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy): Metode utama untuk batu besar, lebih efektif tetapi invasif.
• Bedah Terbuka/Laparoskopi: Hanya dilakukan jika metode lain gagal atau ada kelainan anatomi.

Setiap metode memiliki tingkat keberhasilan dan risiko tersendiri, sehingga pemilihan prosedur harus disesuaikan dengan kondisi pasien untuk hasil yang optimal.