fbpx
Kondisi Medis Obat-Obatan dan Perawatan Baru Penyakit Kanker

Pengertian dan Jenis Imunoterapi untuk Terapi Kanker

imunoterapi
Dr Kenneth Lee

Apa itu imunoterapi?

Imunoterapi, dalam konteks terapi kanker, adalah pendekatan perawatan yang inovatif yang berbeda dari metode konvensional, seperti kemoterapi atau radioterapi. Inti dari imunoterapi adalah pemanfaatan dan modifikasi sistem imun tubuh untuk mengidentifikasi dan melawan sel-sel kanker.

Sistem imun secara alami mencatat semua substansi yang terdapat di dalam tubuh. Setiap substansi baru yang tidak dikenali sistem imun akan memicu respons imun yang bertujuan melindungi tubuh dari berbagai penyakit dan infeksi.

Imunoterapi mengarahkan kekuatan ini secara khusus untuk menargetkan dan menghancurkan sel-sel kanker. Namun, sel atau jaringan kanker bisa menjadi lebih sulit untuk ditargetkan karena berasal dari sel-sel normal yang berubah dan mulai tumbuh di luar kendali.

Cara kerja imunoterapi dalam melawan kanker

Pada dasarnya, imunoterapi melibatkan pengaktifan atau pengoptimalan respons imun tubuh terhadap keberadaan sel kanker. Imunoterapi bisa dilakukan melalui berbagai cara, yaitu:

  • Pemberian zat yang dapat merangsang aktivitas sistem imun.
  • Mengubah sel-sel imun di laboratorium agar lebih efektif dalam menyerang kanker.
  • Menggunakan antibodi yang dapat mengenali dan menyerang sel-sel kanker secara langsung.

Apa yang membuat imunoterapi unik adalah pendekatannya yang lebih spesifik dan terkadang lebih kurang membahayakan dibandingkan dengan perawatan kanker konvensional lainnya.

Metode ini juga membuka potensi untuk pengobatan personalisasi, di mana terapi kanker ini bisa disesuaikan untuk menargetkan karakteristik sel kanker pada tiap individu, dengan berfokus pada biomarker dan profil genetik tumor mereka.

Namun, penting untuk diingat bahwa imunoterapi tidak selalu efektif untuk semua jenis kanker atau semua pasien. Respons terhadap terapi kanker ini bisa sangat bervariasi, tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, dan karakteristik sistem imun pasien. 

Salah satu risiko kasus yang bisa terjadi, sistem imun tidak mengenali sel kanker sebagai benda asing atau respons imun yang dihasilkan tidak cukup kuat untuk menghancurkan kanker karena sel kanker bisa mengeluarkan zat yang menghambat kemampuan sistem imun untuk menemukan dan menyerang sel-sel abnormal ini.

Di samping itu, fungsi imunoterapi dinilai berpeluang lebih baik untuk sebagian jenis kanker sebagai terapi tunggal. Tetapi untuk sebagian jenis kanker lainnya, imunoterapi tampaknya lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi kanker lainnya.

Di samping itu, seperti semua terapi kanker, imunoterapi juga bisa menimbulkan efek samping yang harus dipertimbangkan dan dikelola dengan hati-hati.

Apa saja jenis-jenis imunoterapi?

Berikut adalah beberapa jenis imunoterapi yang umum digunakan dalam pengobatan kanker disertai risiko efek samping masing-masing..

1. Checkpoint Inhibitors

  • Checkpoint Inhibitors adalah obat yang melepaskan sinyal penghentian pada sistem imun dengan cara memblokir protein tertentu yang menghambat respons imun terhadap sel kanker.
  • Umumnya efektif untuk kanker kulit melanoma dan kanker paru-paru.
  • Efek samping bisa berupa diare, kelelahan, batuk, mual, ruam kulit, gangguan nafsu makan, dan nyeri otot. Beberapa risiko efek samping yang lebih serius bisa berupa reaksi autoimun pada organ dan jaringan tubuh.

2. Terapi CAR T-cell (Chimeric Antigen Receptor – CAR)

  • Terapi CAR T-cell melibatkan pengambilan sel T pasien, yang kemudian direkayasa di laboratorium untuk menyerang sel kanker dan diinfus kembali ke dalam tubuh pasien.
  • Terutama digunakan untuk beberapa jenis kanker darah (leukemia) dan limfoma.
  • Efek samping dapat mencakup sindrom pelepasan sitokin (CRS), yang menyebabkan demam, hipotensi, dan masalah pernapasan, serta masalah neurologis seperti linglung dan kejang.

3. Antibodi Monoklonal (monoclonal antibodies – mAbs)

  • Antibodi monoklonal atau Monoclonal Antibodies (mAbs) adalah antibodi yang dirancang untuk menargetkan antigen spesifik yang ditemukan pada sel kanker. Beberapa mAbs bisa berfungsi sendiri, sementara yang lain dikonjugasi dengan racun atau zat radioaktif.
  • Umumnya digunakan untuk berbagai jenis kanker, termasuk beberapa kanker darah dan kanker payudara.
  • Efek samping bisa berupa reaksi alergi, demam, kedinginan, kelemahan, mual, dan diare. Sebagian mAbs dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, pendarahan, dan gangguan jantung.

4. Sitokin (cytokines)

  • Sitokin atau cytokines, seperti interleukins dan interferons, adalah protein yang dapat merangsang sistem imun. Diberikan melalui suntikan atau infus.
  • Umumnya digunakan untuk kanker kulit melanoma dan kanker ginjal.
  • Efek samping bisa berupa gejala-gejala mirip flu, kelelahan, dan masalah dengan jumlah sel darah.

5. Vaksin kanker

  • Berbeda dengan vaksin pencegahan, vaksin kanker dirancang untuk mengobati kanker yang sudah ada dengan memicu sistem imun untuk menyerang sel kanker.
  • Vaksin kanker masih dalam tahap uji coba klinis untuk berbagai jenis kanker.
  • Efek samping umumnya bersifat ringan, misalnya kemerahan atau sakit di tempat suntikan dan/atau gejala-gejala mirip flu.

6. Imunomodulator

  • Obat-obatan imunomodulator berfungsi memodifikasi respons imun dengan mengubah aktivitas sel-sel imun tertentu.
  • Umumnya digunakan untuk mengobati kanker multiple myeloma.
  • Efek samping bisa berupa kelelahan, ruam, dan masalah pencernaan. Sebagian obat-obatan imunomodulator dapat meningkatkan risiko pembekuan darah atau efek teratogenik pada kehamilan.

Imunoterapi untuk kanker apa?

Imunoterapi telah menjadi pilihan pengobatan yang efektif untuk berbagai jenis kanker. Berikut adalah beberapa jenis kanker dimana imunoterapi terbukti efektif:

  • Melanoma – Salah satu jenis kanker pertama yang berhasil diobati dengan imunoterapi, terutama dengan penggunaan checkpoint inhibitors.
  • Kanker paru-Paru Non-Small Cell (NSCLC) – Checkpoint inhibitors telah menjadi bagian penting dari pengobatan kanker paru-paru berjenis NSCLC, terutama pada pasien dengan ekspresi protein PD-L1 yang tinggi.
  • Leukemia dan limfoma – Terapi CAR T-cell telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengobati beberapa jenis leukemia dan limfoma, termasuk leukemia limfoblastik akut (ALL) dan limfoma sel B besar.
  • Kanker ginjal (renal cell carcinoma) – Imunoterapi, termasuk penggunaan cytokines dan checkpoint inhibitors, telah digunakan dalam pengobatan kanker ginjal.
  • Kanker kandung kemih (urothelial cancer) – Checkpoint inhibitors telah disetujui untuk pengobatan kanker kandung kemih lanjut.
  • Kanker payudara – Beberapa jenis kanker payudara, terutama jenis yang memiliki ekspresi HER2 yang tinggi, dapat diobati dengan monoclonal antibodies seperti trastuzumab.
  • Kanker kepala dan leher – Checkpoint inhibitors telah menunjukkan efektivitas dalam pengobatan beberapa kasus kanker kepala dan leher.
  • Kanker kulit (karsinoma sel merkel) – Imunoterapi telah terbukti efektif dalam mengobati jenis kanker kulit yang dinilai jarang terjadi ini.
  • Kanker usus besar (kolorektal) – Terutama efektif pada kanker kolorektal yang memiliki ketidakcocokan perbaikan DNA (mismatch repair) atau ketidakstabilan mikrosatelit tinggi (MSI-H).
  • Kanker hati dan kanker payudara Triple-Negative – Sebagian jenis imunoterapi sedang diteliti dan menunjukkan hasil yang bagus dalam pengobatan kanker ini.

Bagaimana pemberian imunoterapi?

Pemberian imunoterapi untuk pengobatan kanker dapat dilakukan melalui berbagai cara, tergantung pada jenis terapi dan kondisi spesifik pasien. 

Berikut adalah beberapa metode pemberian imunoterapi secara umum.

  • Infus intravena (IV)
    Sebagian jenis imunoterapi, seperti checkpoint inhibitors dan antibodi monoklonal, diberikan melalui infus langsung ke pembuluh darah. Pemberian IV biasanya dilakukan di rumah sakit atau klinik khusus dan dapat memakan waktu beberapa jam.
  • Cek laboratorium dan infus
    Pemberian terapi CAR T-cell diawali dengan pengambilan sel T pasien untuk dikumpulkan dan dimodifikasi di laboratorium. Setelah itu, sel akan dikembalikan ke pasien melalui infus.
  • Suntikan subkutan atau intramuskular
    Sebagian jenis imunoterapi, seperti beberapa vaksin kanker dan sitokin (cytokines), diberikan melalui suntikan ke dalam lapisan lemak di balik kulit (subkutan) atau ke dalam otot (intramuskular).
  • Topikal atau obat oles
    Untuk beberapa jenis kanker kulit, imunoterapi dapat diberikan dalam bentuk krim atau salep yang dioleskan langsung pada area yang terdampak.
  • Terapi Intravesikal
    Untuk kanker kandung kemih, imunoterapi seperti BCG (Bacillus Calmette-Guérin) dapat diberikan langsung ke dalam kandung kemih melalui kateter.
  • Obat oral berupa pil atau kapsul
    Sebagian jenis imunoterapi dikembangkan dalam bentuk yang dapat diminum, tetapi ini kurang umum dibandingkan metode lain.

Mengenai seberapa sering obat-obatan imunoterapi diberikan, frekuensi dan durasinya akan bervariasi tergantung pada jenis kanker, jenis obat imunoterapi, dan respons individu terhadap perawatan. 

Dosis dan jadwal pengobatan ditentukan oleh tim onkologi berdasarkan faktor-faktor ini serta kondisi kesehatan umum pasien.

Selama periode perawatan, pasien biasanya akan dimonitor secara rutin untuk menilai respons terhadap terapi dan mengidentifikasi serta mengelola efek samping yang mungkin terjadi.

Keputusan tentang metode pemberian dan regimen pengobatan harus selalu didasarkan pada diskusi mendetail antara pasien dan dokternya, mempertimbangkan semua faktor yang relevan.

Apa keunggulan imunoterapi dibandingkan terapi kanker lainnya?

Imunoterapi menawarkan beberapa keunggulan unik dibandingkan dengan terapi kanker konvensional lainnya, seperti kemoterapi atau radioterapi. Keunggulan-keunggulan tersebut meliputi:

  • Spesifisitas yang lebih tinggi
    Imunoterapi sering kali lebih spesifik dalam menargetkan sel kanker daripada terapi konvensional yang cenderung memengaruhi sel kanker dan sel normal. Hal ini mengurangi kerusakan pada sel-sel sehat dan dapat meminimalkan efek samping.
  • Memori imun
    Salah satu keuntungan paling signifikan dari imunoterapi adalah kemampuannya untuk menciptakan “memori imun”. Ini berarti bahwa sistem imun bisa mengingat sel kanker dan menyerangnya kembali jika sampai muncul kembali sehingga berpotensi memberikan perlindungan jangka panjang.
  • Cocok untuk pasien dengan kanker yang telah resisten terhadap terapi
    Imunoterapi dapat bermanfaat bagi pasien yang mana tumor mereka telah resisten terhadap efek terapi konvensional sehingga memberikan pilihan pengobatan baru bagi pasien dengan kanker yang sulit diobati.
  • Personalisasi pengobatan
    Imunoterapi menawarkan potensi untuk terapi yang bisa dipersonalisasi. Sebagian jenis imunoterapi, seperti terapi sel T CAR, bisa disesuaikan untuk setiap pasien dalam meningkatkan efektivitas pengobatan.
  • Pengobatan yang minim invasif
    Dibandingkan dengan operasi kanker, imunoterapi menawarkan pendekatan yang minim invasif disertai risiko komplikasi fisik yang lebih rendah.
  • Potensi untuk mengobati berbagai jenis kanker
    Imunoterapi telah terbukti efektif dalam mengobati berbagai jenis kanker, termasuk beberapa yang sebelumnya memiliki sedikit opsi pengobatan efektif.
  • Meningkatkan kualitas hidup
    Karena biasanya memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan kemoterapi, imunoterapi sering memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien selama pengobatan.

imunoterapi telah membuka babak baru dalam pengobatan kanker, menawarkan harapan dan pilihan bagi banyak pasien yang sebelumnya memiliki lebih sedikit opsi pengobatan. 

Dengan keunggulannya dalam hal spesifisitas, pembentukan memori imun, dan potensinya dalam mengatasi resistensi terhadap terapi konvensional, imunoterapi tidak hanya berpotensi meningkatkan efektivitas pengobatan, tetapi juga kualitas hidup pasien. 

Meski bukan tanpa tantangan dan keterbatasan, kemajuan di bidang ini terus memberikan wawasan baru dan meningkatkan prospek pengobatan kanker. 

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya penelitian, imunoterapi diharapkan akan terus berevolusi, menjadi lebih efektif dan dapat diakses oleh lebih banyak pasien, sehingga bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan tiap individu.

STD

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional, dan tidak boleh diandalkan untuk saran medis tertentu.