Kanker rektum adalah jenis kanker yang terbentuk di rektum, bagian akhir dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sebelum dikeluarkan dari tubuh. Kanker ini biasanya dimulai dari pertumbuhan sel abnormal yang disebut polip.
Beberapa polip ini bisa berubah menjadi kanker selama beberapa tahun. Penyebab kanker rektum belum sepenuhnya diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko seperti usia, riwayat keluarga, gaya hidup, dan kondisi medis tertentu.
Gejala dari kanker rektum mungkin meliputi perubahan pada kebiasaan buang air besar, darah dalam feses, rasa sakit atau ketidaknyamanan di daerah rektum atau anus, dan penurunan berat badan yang tidak dijelaskan. Diagnosis biasanya melibatkan serangkaian pemeriksaan seperti kolonoskopi, MRI, atau CT scan.
Pengobatan untuk kanker rektum bisa melibatkan berbagai metode tergantung pada stadium dan kondisi pasien, termasuk operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.
Gejala kanker rektum
Gejala kanker rektum bisa bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan pada tahap awal, mungkin tidak ada gejala yang nyata. Namun, ada beberapa tanda dan ciri-ciri yang umumnya dihubungkan dengan kanker rektum.
- Perubahan kebiasaan buang air besar, seperti mengalami diare, sembelit, atau perubahan konsistensi feses yang berlangsung lebih dari beberapa hari.
- Ada darah atau lendir pada feses.
- Rasa tidak nyaman atau sakit saat buang air besar disertai dengan rasa berat atau kembung di area perut bagian bawah.
- Tubuh terasa lelah atau lemas berlebihan tanpa alasan yang jelas.
- Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.
- Merasa perlu segera buang air besar, tapi tidak mereda setelah menyelesaikannya.
- Anemia: Kadar hemoglobin rendah yang bisa memicu kelelahan dan kulit pucat, biasanya akibat dari perdarahan kronis.
- Merasakan adanya benjolan atau massa di area anus atau rektum.
Jika kamu mengalami salah satu atau lebih dari gejala ini, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Melakukan skrining kanker rektum sangat penting dalam melanjutkan upaya pengobatan.
Penyebab dan faktor risiko kanker rektum
Penyebab pasti kanker rektum belum sepenuhnya diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko yang telah diidentifikasi, antara lain:
- Risiko meningkat dengan bertambahnya usia, terutama bagi individu yang berusia di atas 50 tahun.
- Seseorang dengan riwayat keluarga yang memiliki kanker usus besar atau rektum memiliki risiko yang lebih tinggi.
- Keberadaan polip di usus besar atau rektum bisa meningkatkan risiko. Polip tersebut bisa berubah menjadi kanker selama beberapa tahun.
- Diet tinggi lemak dan rendah serat, kurang berolahraga, konsumsi alkohol, dan merokok bisa meningkatkan risiko.
- Penyakit seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn yang menyerang usus besar dapat meningkatkan risiko kanker rektum.
- Ada beberapa sindrom genetik yang diketahui meningkatkan risiko, seperti sindrom Lynch dan poliposis adenomatosa familial (FAP).
- Orang yang pernah menjalani radioterapi di area panggul.
- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi hormon penggantian dan beberapa faktor reproduksi mungkin berhubungan, tetapi buktinya belum kuat.
- Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko, terutama pada pria.
Meski ada faktor risiko ini, tidak semua orang yang memiliki faktor risiko akan mengembangkan kanker rektum. Jika kamu khawatir tentang risiko ini, diskusikan dengan dokter untuk mengetahui langkah pencegahan dan deteksi dini yang bisa diambil.
Stadium kanker rektum
Stadium kanker rektum biasanya dinilai berdasarkan sistem TNM yang dikeluarkan oleh American Joint Committee on Cancer (AJCC). Sistem ini mempertimbangkan Tumor (T), Kelenjar Getah Bening (N), dan Metastasis (M).
Berikut ini ciri-ciri penyebaran sel kanker pada rektum yang dikelompokkan berdasarkan tingkatan stadiumnya.
Stadium 0 (Karsinoma In Situ)
- Kanker hanya ada di lapisan paling dalam dari rektum dan belum menyebar.
Stadium I
- Kanker telah menembus lapisan dalam rektum tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening.
Stadium II (IIa, IIb, dan IIc)
- IIa: Kanker telah menyebar ke lapisan otot rektum tetapi belum ke kelenjar getah bening.
- IIb: Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar tetapi belum ke kelenjar getah bening.
- IIc: Kanker telah menyebar ke organ lain yang berdekatan tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening.
Stadium III
Kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening yang berdekatan.
Stadium III juga bisa dibagi menjadi IIIa, IIIb, dan IIIc, tergantung pada sejauh mana kanker menyebar ke kelenjar getah bening dan/atau jaringan sekitar.
Stadium IV
- Kanker telah menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru, atau tulang.
- Stadium IV juga bisa dibagi menjadi IVa dan IVb, tergantung pada jumlah dan lokasi organ yang terkena.
Gejala dan ciri-ciri lainnya pada stadium kanker rektum
- Stadium Awal (0, I, IIa)
Mungkin tidak ada gejala yang spesifik. Kadang-kadang ada perdarahan atau perubahan pada kebiasaan buang air besar. - Stadium Menengah (IIb, IIc, III)
Gejala lebih serius seperti sakit perut, penurunan berat badan, dan darah dalam feses bisa lebih sering terjadi. - Stadium Lanjut (IV)
Gejala bisa termasuk kelelahan, penurunan berat badan yang drastis, dan tanda-tanda kanker telah menyebar ke organ lain (seperti sakit punggung jika menyebar ke tulang atau kesulitan bernapas jika menyebar ke paru-paru).
Diagnosis kanker rektum
Diagnosis kanker rektum biasanya melibatkan serangkaian pemeriksaan medis yang bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan dan tingkat keparahan kanker. Berikut beberapa metode yang umum digunakan dalam diagnosis kanker rektum.
- Pemeriksaan fisik dan riwayat medis
Dokter akan mengumpulkan informasi tentang gejala, riwayat medis, dan gaya hidup kamu. Pemeriksaan fisik bisa juga meliputi pemeriksaan rektum secara digital, di mana dokter akan memasukkan jari yang dilapisi sarung tangan ke dalam rektum untuk merasakan adanya benjolan atau kelainan lainnya. - Tes darah
Tes darah seperti pemeriksaan sel darah lengkap dan tes fungsi hati dapat memberikan informasi tambahan. Tes CEA (Carcinoembryonic Antigen) juga bisa dilakukan meski tidak spesifik untuk kanker rektum. - Fecal Occult Blood Test (FOBT)
Tes ini memeriksa adanya darah tersembunyi dalam feses yang mungkin tidak tampak secara kasat mata. - Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah tes paling definitif untuk mendiagnosis kanker rektum. Sebuah tabung fleksibel dengan kamera di ujungnya dimasukkan melalui anus untuk memeriksa seluruh usus besar dan rektum. Jika ditemukan polip atau jaringan yang mencurigakan, biopsi akan dilakukan. - Sigmoidoskopi
Sigmoidoskopi mirip dengan kolonoskopi tetapi hanya memeriksa bagian bawah usus besar dan rektum. - CT Scan
CT Scan digunakan untuk memeriksa penyebaran kanker ke organ lain dan untuk merencanakan pengobatan. - MRI Scan
MRI Scan dalam hal ini digunakan terutama untuk menilai sejauh mana kanker telah menyebar ke jaringan sekitar atau kelenjar getah bening. - Ultrasonografi Endorektal
Sebuah probe ultrasonografi dimasukkan ke dalam rektum untuk membuat gambar dari dinding rektum dan kelenjar getah bening sekitarnya. - PET Scan
PET Scan biasanya dilakukan untuk kasus yang lebih lanjut untuk melihat apakah kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. - Biopsi
Biopsi atau pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop adalah satu-satunya cara untuk memastikan diagnosis kanker. Ini biasanya dilakukan selama kolonoskopi.
Setelah menjalani tes diagnosis, dokter akan menentukan stadium kanker yang selanjutnya akan menentukan rencana pengobatan.
Pengobatan kanker rektum
Pengobatan kanker rektum bergantung pada beberapa faktor, seperti stadium dan lokasi kanker yang ditemukan diagnosis, kondisi kesehatan pasien secara umum, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa pilihan pengobatan yang umumnya tersedia.
Pengobatan melalui operasi
Pengobatan kanker rektum melalui operasi bisa dilakukan dengan dua metode , yaitu reseksi lokal dan reseksi anterior bawah.
- Reseksi lokal
Untuk kanker stadium awal, tumor bisa diangkat tanpa harus membuang bagian dari usus besar. - Reseksi anterior bawah atau APR (Abdominoperineal Resection)
Bagian dari usus besar dan seluruh rektum diangkat; biasanya diterapkan pada stadium kanker yang lebih lanjut.
Pengobatan tanpa operasi
Apakah kanker rektum bisa diobati tanpa operasi? Bisa, yaitu melalui pengobatan kemoterapi, terapi sinar, terapi imun, dan perbaikan pola hidup.
- Kemoterapi
Pengobatan melalui kemoterapi digunakan sebelum atau sesudah operasi untuk membunuh sel kanker atau mencegahnya menyebar. Kadang-kadang digunakan bersamaan dengan radioterapi.
- Radioterapi
Menggunakan radiasi untuk membunuh atau merusak sel kanker. Seringkali digunakan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau sesudah operasi untuk membunuh sel kanker yang mungkin tersisa. - Terapi target
Menggunakan obat-obatan atau bahan lainnya untuk mengidentifikasi dan menyerang sel kanker tertentu tanpa merusak sel normal. Biasanya digunakan untuk kanker stadium lanjut. - Terapi imun
Menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Obat seperti pembrolizumab (Keytruda) digunakan untuk kanker yang telah menyebar atau tidak merespons pengobatan lain. - Terapi neoadjuvan dan adjuvan
Terapi neoadjuvan adalah pengobatan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor, sementara terapi adjuvan adalah pengobatan setelah operasi untuk menghilangkan sel kanker yang mungkin tersisa. - Perawatan paliatif
Fokus pada mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup, bukan mengobati kanker. Ini terutama penting untuk kanker stadium lanjut.
Penting untuk berdiskusi dengan tim perawatan medis untuk menentukan rencana pengobatan yang paling sesuai. Beberapa kasus mungkin memerlukan kombinasi dari beberapa jenis pengobatan ini. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi dan saran yang paling akurat sesuai kondisi terkini.
Komplikasi kanker rektum
Kanker rektum bisa menimbulkan berbagai komplikasi, baik akibat dari kanker itu sendiri maupun sebagai efek samping dari pengobatan yang diterapkan. Berikut beberapa komplikasi kanker rektum yang mungkin terjadi.
Komplikasi alami dari dampak kanker itu sendiri
Komplikasi alami bisa muncul akibat keterlambatan penanganan sehingga mengakibatkan kondisi lanjutan tertentu, misalnya:
- Obstruksi usus. Tumor bisa menyumbat rektum atau usus besar, menyebabkan kembung, sakit perut, dan masalah pencernaan.
- Perdarahan. Tumor bisa menyebabkan perdarahan internal yang berkepanjangan, yang pada akhirnya bisa menyebabkan anemia.
- Metastasis. Penyebaran kanker ke organ lain seperti hati, paru-paru, dan tulang adalah komplikasi serius dan bisa mengancam hidup.
- Malanutrisi. Kanker dan gejalanya bisa mengganggu nafsu makan dan proses pencernaan, menyebabkan malnutrisi dan penurunan berat badan.
Komplikasi akibat dampak pengobatan
Penanganan melalui operasi atau pemberian obat-obatan tertentu menyimpan risiko kepada terjadinya komplikasi, misalnya:
- Infeksi. Operasi dan beberapa jenis pengobatan bisa meningkatkan risiko infeksi.
- Efek samping kemoterapi. Termasuk mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, dan kerusakan pada sel darah merah dan putih.
- Efek samping radioterapi. Iritasi kulit, diare, kelelahan, dan iritasi pada saluran pencernaan bisa terjadi.
- Masalah pencernaan. Pengangkatan bagian dari usus bisa mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi, serta bisa mengakibatkan perubahan pada kebiasaan buang air besar.
- Masalah seksual dan reproduksi. Terutama pada pria, operasi di area pelvis bisa merusak saraf dan mengganggu fungsi seksual dan kemampuan untuk buang air kecil.
- Gangguan emosional. Diagnosis dan pengobatan kanker berisiko menyebabkan stres dan kecemasan, yang bisa berdampak kepada kualitas hidup.
- Komplikasi dari terapi target dan imunoterapi. Meski lebih selektif, pengobatan ini berisiko menyebabkan reaksi alergi, tekanan darah tinggi, dan masalah hati.
Selalu konsultasikan kepada dokter mengenai adanya risiko terjadinya komplikasi kanker rektum kepada dokter. Langkah-langkah diskusi ini penting untuk meminimalkan terjadi komplikasi atau setidaknya mengantisipasi risiko yang lain.
Pencegahan kanker rektum
Mengambil langkah-langkah pencegahan dapat membantu mengurangi risiko seseorang mengalami kanker rektum. Ada tiga opsi utama yang bisa dilakukan, yaitu:
- Menjalani pola hidup yang lebih sehat
- Melakukan skrining secara terjadwal
- Berkonsultasi dengan dokter secara rutin
Menjalani pola hidup yang lebih sehat
Menjalani pola hidup yang lebih sehat adalah cara yang paling mudah dan murah. Kesadaran ini sebaiknya dimulai sejak dini. Apa saja yang bisa dilakukan?
- Mengonsumsi makanan yang bergizi. Banyak mengonsumsi sayur dan buah, serta pilih sumber protein rendah lemak seperti ikan dan unggas.
- Membatasi konsumsi daging merah dan daging olahan. Daging merah dan daging olahan seperti sosis dan ham dikaitkan dengan risiko kanker rektum yang lebih tinggi.
- Berolahraga secara rutin. Aktivitas fisik membantu menjaga berat badan dan dapat mengurangi risiko terserang kanker.
- Berhenti merokok. Merokok meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker rektum dan kanker paru-paru.
- Mengurangi konsumsi minuman beralkohol. Batasi atau hindari konsumsi alkohol untuk mengurangi risiko. Selain bisa meningkatkan risiko kanker rektum, minuman beralkohol bisa memicu kanker lambung juga.
Melakukan skrining secara terjadwal
Konsultasikan dengan dokter tentang kapan kamu harus mulai melakukan skrining untuk kanker rektum. Tes seperti kolonoskopi dapat mendeteksi polip sebelum mereka berkembang menjadi kanker. Selain menjalani skrining secara rutin, ada beberapa opsi lainnya.
- Pemeriksaan feses. Tes seperti Fecal Occult Blood Test (FOBT) atau Fecal Immunochemical Test (FIT) dapat digunakan untuk skrining awal.
- Pengawasan untuk orang dengan risiko tinggi. Seseorang yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga atau kondisi yang meningkatkan risiko disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih awal dan lebih sering, misalnya kondisi poliposis adenomatous familial atau sindrom Lynch.
Berkonsultasi dengan dokter secara rutin
Sangat disarankan bagi seseorang yang mengalami gejala atau memiliki faktor risiko untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Langkah mendeteksi dini akan meningkatkan peluang pengobatan yang lebih efektif.
Mengetahui gejala dan risiko bisa membantu deteksi dini dan pencegahan. Cari tahu tentang manfaat skrining dan gaya hidup sehat melalui langkah edukasi kepada diri sendiri dan orang di sekitar.
Penting untuk diingat bahwa meski langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko, namun belum tentu menjamin bahwa seseorang bisa terhindar dari serangan kanker rektum. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rencana pencegahan yang paling sesuai dengan kondisi dan riwayat medis yang terkini.
Apakah pasien kanker rektum bisa sembuh?
Secara umum, prognosis (kemungkinan hasil atau perkembangan masa depan dari penyakit) untuk kanker rektum telah membaik selama beberapa dekade terakhir, terutama karena kemajuan dalam metode skrining dan strategi pengobatan.
Deteksi dini melalui langkah skrining seperti kolonoskopi berpotensi meningkatkan peluang untuk sembuh secara signifikan. Meski begitu, kemungkinan untuk sembuh dari kanker rektum sangat bergantung pada beberapa faktor berikut.
- Stadium kanker
Kanker yang terdeteksi dan segera diobati pada stadium awal memiliki peluang keberhasilan pengobatan yang lebih tinggi dibandingkan kanker yang telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. - Lokasi dan ukuran tumor
Lokasi dan ukuran tumor juga akan memengaruhi kemungkinan keberhasilan pengobatan. Sebagian tumor lebih mudah diangkat melalui operasi daripada yang lain. - Kondisi kesehatan umum
Kesehatan umum pasien, termasuk apakah pasien memiliki atau sedang menjalani pengobatan untuk penyakit lain, bisa memengaruhi keberhasilan pengobatan atau pemulihan. - Jenis pengobatan
Efektivitas pengobatan, yang bisa berupa operasi, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi dari beberapa metode ini, juga akan memengaruhi peluang kesembuhan. - Respons terhadap pengobatan
Sebagian orang merespons lebih baik terhadap jenis pengobatan tertentu daripada yang lain.
Penting untuk memahami bahwa meskipun ada beberapa kasus di mana kanker rektum berhasil diobati dan pasien dapat hidup selama bertahun-tahun tanpa tanda-tanda kanker, tidak ada jaminan pasti untuk sembuh sepenuhnya.
Berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan secara rutin dengan tim medis adalah langkah yang penting dalam menjaga kesehatan dan mengevaluasi efektivitas pengobatan yang sedang dijalani.
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional, dan tidak boleh diandalkan untuk saran medis tertentu.