Lesi pra kanker serviks adalah kondisi di mana sel-sel di leher rahim mengalami perubahan abnormal yang belum menjadi kanker, tetapi memiliki potensi untuk berkembang menjadi kanker jika tidak diobati atau dikelola dengan tepat.
Sel-sel abnormal pada serviks menunjukkan perubahan dalam ukuran, bentuk, atau susunan. Perubahan ini bisa mencakup pertumbuhan yang tidak terkendali dan tidak sejalan dengan siklus sel-sel yang sehat.
Perubahan ini umumnya tidak menunjukkan gejala pada tahap awal dan biasanya terdeteksi melalui pemeriksaan rutin, seperti Pap Smear, HPV Test, IVA Test, atau Kolposkopi.
Untuk memahami karakteristik lesi pra kanker serviks secara umum, beberapa poin ini bisa dijadikan sebagai pedoman:
- Sel-sel pada serviks yang mengalami lesi pra kanker akan menunjukkan perubahan morfologi dan aktivitas seluler yang berbeda dari sel-sel serviks yang normal.
- Lesi ini masih berada dalam tahap awal perubahan dan belum menunjukkan karakteristik kanker invasif. Artinya, sel-sel abnormal belum menyebar ke jaringan sekitarnya atau bagian tubuh lainnya.
- Meskipun belum bersifat kanker, tetap memiliki potensi untuk berkembang menjadi kanker serviks jika tidak diidentifikasi dan dikelola dengan tepat. Potensi ini sangat bergantung pada jenis dan derajat keparahan lesi tersebut.
- Area yang difokuskan adalah leher rahim atau serviks sebagai area yang menjadi lokasi perubahan seluler. Serviks adalah bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina.
- Perubahan seluler ini terjadi secara bertahap dan bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang menjadi kanker. Tahapan ini memberikan kesempatan untuk deteksi dini dan intervensi sebelum sel-sel abnormal berkembang menjadi kanker yang invasif.
Jenis lesi pra kanker serviks itu sendiri dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, mulai dari perubahan abnormal ringan hingga perubahan abnormal yang lebih serius.
- Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL) : Perubahan ringan yang umumnya berkaitan dengan infeksi HPV dan bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan.
- High-grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) : Perubahan yang lebih serius dan memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker jika tidak ditangani.
Terlepas dari perubahan ringan maupun lebih serius, pemeriksaan dan deteksi dini pra kanker serviks tetap dianjurkan demi bisa mengantisipasinya sejak awal.
Apa gejala pra kanker serviks?
Lesi pra kanker serviks umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal. Oleh karena itu, deteksi dini melalui skrining rutin sangat penting.
Namun dalam beberapa kasus, ada gejala yang mungkin muncul, terutama jika lesi sudah berkembang lebih lanjut. Berikut adalah beberapa gejala dan ciri-ciri umum yang dapat dikaitkan dengan lesi pra kanker serviks, antara lain:
- Pendarahan di antara periode menstruasi.
- Pendarahan setelah berhubungan seksual.
- Pendarahan setelah menopause.
- Keputihan yang tidak biasa dalam jumlah, warna, atau bau.
- Keputihan yang berwarna coklat atau bercampur darah.
- Nyeri di daerah panggul yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.
- Nyeri saat atau setelah berhubungan seksual.
Selain gejala umum, ada juga beberapa ciri-ciri kemunculan lesi pra kanker serviks lainnya, yaitu:
- Nyeri di daerah punggung bawah yang tidak terkait dengan aktivitas fisik tertentu.
- Sering buang air kecil atau rasa sakit saat buang air kecil, yang dapat terjadi jika lesi pra kanker menekan kandung kemih.
- Kelelahan atau penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas (pada kasus yang lebih berat).
Penyebab dan faktor risiko lesi pra kanker serviks
Penyebab dan faktor risiko lesi pra kanker serviks melibatkan berbagai aspek yang dapat memengaruhi perubahan seluler abnormal di serviks.
Penyebab utama lesi pra kanker serviks adalah Infeksi HPV (Human Papillomavirus). Tipe HPV 16 dan 18 dikenal sebagai penyebab mayoritas kasus lesi pra kanker dan kanker serviks.
Virus ini menginfeksi sel-sel epitel di serviks dan dapat menyebabkan perubahan genetik yang mendorong pertumbuhan sel abnormal.
Di sisi yang sama, ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu lesi pra kanker serviks, yaitu:
- Aktivitas seksual
- Memulai aktivitas seksual pada usia muda meningkatkan risiko terpapar HPV.
- Memiliki banyak pasangan seksual meningkatkan kemungkinan infeksi HPV.
- Sistem kekebalan tubuh
- Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS atau mereka yang mengonsumsi obat imunosupresan, memiliki risiko lebih tinggi.
- Toksin dalam rokok dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memengaruhi sel-sel pada serviks sehingga meningkatkan risiko perkembangan lesi pra kanker.
- Faktor sosial dan ekonomi
- Kurangnya akses ke layanan kesehatan dan skrining rutin dapat meningkatkan risiko karena tidak terdeteksi sejak dini.
- Rendahnya kesadaran melakukan skrining rutin dan pengetahuan tentang HPV.
- Penggunaan kontrasepsi oral
- Penggunaan kontrasepsi oral (pil atau obat pencegah kehamilan) dalam jangka panjang turut sedikit meningkatkan risiko.
- Memiliki banyak anak
- Wanita yang memiliki banyak anak (multiparitas) memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk lesi pra kanker.
- Infeksi menular seksual lain
- Klamidia atau herpes genital dapat meningkatkan risiko karena dampaknya dapat melemahkan serviks dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi HPV.
- Faktor genetik
- Riwayat keluarga dengan kanker serviks dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami lesi pra kanker serviks.
Diagnosis dan deteksi dini lesi pra kanker serviks
Lesi pra kanker serviks pada umumnya bersifat asimtomatik (tanpa gejala) pada tahap awal. Hal ini disebabkan adanya perubahan seluler yang terjadi secara mikroskopis sehingga tidak menyebabkan gejala yang nyata sampai akhirnya berkembang lebih lanjut atau menjadi kanker invasif. Inilah mengapa skrining rutin sangat penting untuk deteksi dini.
Langkah diagnosis dan deteksi dini lesi pra kanker serviks melibatkan beberapa prosedur dan tes yang dirancang untuk menemukan perubahan seluler pada tahap awal sebelum berkembang menjadi kanker. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam proses tersebut.
1. Pap Smear
- Mendeteksi perubahan seluler abnormal pada serviks.
- Dokter akan mengambil sampel sel dari permukaan serviks dengan menggunakan spatula atau kuas kecil. Sampel sel kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk menilai apakah ada sel-sel abnormal.
2. IVA Test
- Mendeteksi perubahan seluler abnormal pada serviks, termasuk lesi pra kanker dan kanker serviks.
- Dokter mengaplikasikan larutan asam asetat (asam cuka) ke permukaan serviks menggunakan kapas atau aplikator.
3. HPV Test (Human Papillomavirus)
- Mendeteksi keberadaan HPV yang merupakan penyebab utama kondisi ini.
- Sampel sel dari serviks diuji untuk keberadaan DNA HPV menggunakan teknologi tes molekuler.
4. Kolposkopi
- Pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat area serviks yang mencurigakan.
- Dokter menggunakan alat optik khusus yang disebut kolposkop untuk melihat serviks secara langsung. Jika ditemukan area yang mencurigakan, dokter dapat mengambil biopsi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
5. Biopsi
- Mengkonfirmasi diagnosis dan menilai tingkat keparahan suatu lesi pra kanker.
- Pengambilan sampel kecil jaringan dari area yang mencurigakan di serviks. Sampel ini kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan histopatologi oleh patologis.
Apakah pra kanker serviks bisa disembuhkan?
Pra kanker serviks memiliki peluang kesembuhan yang tinggi jika terdeteksi dan diobati sejak awal. Meskipun tidak ada pengobatan langsung untuk lesi pra kanker serviks, tindakan medis yang tepat dapat mencegah perkembangan lebih lanjut menjadi kanker serviks invasif.
Secara umum, peluang kesembuhan dari lesi pra kanker serviks juga tergantung pada berbagai faktor, tingkat antara lain:
- Keparahan lesi.
- Respons terhadap pengobatan.
- Kepatuhan pasien terhadap tindak lanjut dan pengawasan.
Pengobatan pra kanker serviks
Peluang kesembuhan dan pengobatan lesi pra kanker serviks bergantung kepada beberapa upaya berikut:
1. Pengawasan aktif
Lesi pra kanker serviks derajat rendah, seperti LSIL, umumnya dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus. Pengawasan aktif dengan pemeriksaan rutin dan pengawasan dokter dapat cukup untuk mengelola lesi ini.
2. Tindakan medis
Lesi pra kanker serviks derajat tinggi, seperti HSIL, biasanya memerlukan tindakan medis untuk mengangkat jaringan abnormal. Beberapa prosedur pengobatan yang umum meliputi:
- LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) : Prosedur di mana jaringan abnormal diangkat menggunakan alat dengan kawat panas yang ditenagai listrik.
- Krioterapi : Penggunaan nitrogen cair untuk membekukan dan menghancurkan jaringan abnormal.
- Konisasi : Pengangkatan sebagian kecil atau seluruh serviks untuk menghilangkan jaringan abnormal.
- Terapi Laser : Terapi laser dapat digunakan untuk mengangkat lapisan tipis jaringan abnormal pada serviks menggunakan sinar laser.
3. Deteksi dini dan penanganan
Deteksi dini melalui pemeriksaan skrining rutin seperti Pap Smear, tes IVA, atau tes HPV memungkinkan penanganan lebih awal sehingga meningkatkan peluang kesembuhan. Pengobatan yang tepat waktu dapat mencegah perkembangan sel kanker.
4. Pengobatan komplementer
Terkadang, pengobatan komplementer seperti asam folat atau vitamin B kompleks dapat direkomendasikan untuk membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.
5. Pencegahan sekunder
Vaksinasi HPV dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV yang berisiko tinggi sebagai penyebab utama lesi pra kanker serviks. Skrining rutin dan edukasi masyarakat juga berperan penting dalam pencegahan dan deteksi dini.
Setelah pengobatan, pasien akan diminta untuk menjalani tindak lanjut dengan dokter yang dapat melibatkan pemeriksaan rutin untuk memantau kemajuan pengobatan dan memastikan tidak ada lesi baru yang muncul.
Konsultasikan kebutuhanmu untuk melakukan deteksi dini kanker serviks bersama Health365 dan dapatkan rekomendasi klinik dan rumah sakit terkemuka di Asia dengan menghubungi kami melalui tombol berikut.
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional, dan tidak boleh diandalkan untuk saran medis tertentu.