Kanker paru-paru menjadi penyakit kanker tertinggi kelima wanita di dunia dan penyebab kematian ketiga tertinggi bagi wanita di dunia, berdasarkan data Globocan 2020.
Survei dari Globocan tersebut juga menyatakan bahwa kanker paru-paru menjadi kasus baru tertinggi urutan ketiga bagi pria dan wanita di Indonesia, yaitu sebanyak 8,8 persen atau sekitar 34.783 dari total keseluruhan kasus baru penyakit kanker sebanyak 396.914.
Berdasarkan data dari UNICEF 2019 terkait jumlah perokok usia remaja, jumlah perokok wanita terus meningkat. Perubahan ini terlihat dari 2,5 persen wanita perokok di tahun 2014, hingga meningkat menjadi 2,9 persen di tahun 2019.
Kenyataannya, peningkatan angka perokok ini tidak hanya memengaruhi risiko serangan kanker paru-paru pada diri pengguna, namun pada diri orang-orang di sekitarnya juga yang tidak merokok (perokok pasif), baik pria maupun wanita.
Paparan asap rokok atau perokok pasif adalah salah satu faktor risiko tertinggi terhadap 85 persen diagnosis kanker paru-paru secara umum.
Jenis kanker paru-paru pada wanita
Terdapat dua jenis kanker paru-paru, yaitu kanker paru-paru sel kecil (Small Cell Lung Cancer/SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (Non-small Cell Lung Cancer/NSCLC).
Terlepas dari kesamaan risiko serangan kanker paru-paru pada pria dan wanita, namun keduanya tidak memiliki kesamaan pada jenis kanker paru-paru.
Kanker paru-paru sel kecil (SCLC) hampir selalu menyerang pria perokok. Namun ada sebagian pria perokok yang turut berisiko terserang karsinoma sel skuamosa paru-paru dari jenis kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC).
Sedangkan, wanita lebih umum terserang oleh kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC) terbagi lagi menjadi tiga tipe, yaitu:
- Adenokarsinoma paru-paru
- Karsinoma sel skuamosa paru-paru.
- Kanker paru-paru sel besar.
Adenokarsinoma paru-paru dan karsinoma sel skuamosa paru-paru adalah dua tipe dari kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC) yang paling umum menyerang wanita. Sedangkan kanker paru-paru sel besar dinilai yang paling jarang menyerang wanita.
Gejala kanker paru-paru pada wanita
Sebagaimana terdapat perbedaan jenis kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC) yang menyerang pria dan wanita, maka keduanya pun bisa menunjukkan gejala-gejala yang berlainan.
Gejala-gejala awal kanker paru-paru pada pria bisa berupa batuk-batuk kronis atau batuk yang disertai darah. Kondisi ini umumnya merefleksikan gejala umum dari kanker karsinoma sel skuamosa paru-paru.
Sedangkan bagi wanita yang lebih mungkin terserang adenokarsinoma paru-paru, batuk-batuk bukan menjadi gejala umum karena lokasi pertumbuhan sel kanker berada di bagian luar atau tepi dari paru-paru (perifer), dan bukan di tengah atau dekat bronkus yang mana adalah saluran utama untuk aliran udara.
Gejala awal kanker adenokarsinoma paru-paru pada wanita meliputi:
- Nyeri pada punggung atau bahu.
- Rasa lelah yang berlebihan tanpa alasan jelas.
- Terlepas dari hanya beraktivitas ringan, sering merasa sesak napas.
Perlu diwaspadai bahwa karena lokasinya di perifer, gejala yang muncul mungkin tidak bisa segera terdeteksi hingga sel kanker mencapai stadium lanjut atau menyebar ke organ lain, atau disebut dengan kanker metastasis.
Jika sampai seperti itu, maka bisa membuat diagnosis dan pengobatan menjadi lebih menantang.
Pada stadium lanjut, gejala kanker paru-paru pada wanita bisa meliputi:
- Sulit menelan.
- Suara serak.
- Nyeri pada dada.
- Suara mengi saat bernapas.
- Demam tinggi.
- Batuk kronis, bisa disertai lendir atau darah.
- Selera makan berkurang.
- Berat badan berkurang tanpa alasan yang jelas.
Gejala-gejala umum di atas bisa dialami secara bervariasi, misalnya ada yang mengalami beberapa gejala lebih sedikit atau lebih banyak secara sekaligus.
Pada kondisi sel kanker yang telah bermetastasis, gejala yang ditimbulkan akan bergantung kepada lokasi organ lain yang diserangnya, misalnya jika bermetastasis ke tulang, maka gejala umum bisa berupa nyeri pada tulang atau nyeri pada bahu, punggung, atau dada.
Karakteristik kejadian kanker paru-paru pada wanita
Sebuah jurnal medis yang meneliti tentang penyebab kanker paru-paru pada wanita menemukan bahwa bahwa terdapat perbedaan karakteristik kejadian kanker paru-paru pada wanita dibandingkan pria. Beberapa perbedaan yang ditemukan dari hasil penelitian tersebut, antara lain:
- Wanita bukan perokok lebih mungkin menunjukkan gejala dan tanda-tanda adenokarsinoma in situ, yaitu sebuah subtipe kanker paru-paru yang dinilai langka. Angka kelangsungan hidup pengidap kanker ini lebih tinggi jika bisa tertangani lebih awal.
- Wanita cenderung terdiagnosis kanker paru-paru pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan pria dan lebih mungkin terdiagnosis ketika penyakitnya masih terlokalisasi, artinya belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
- Wanita lebih mungkin untuk rentan terhadap mutasi atau perubahan genetik tertentu yang diakibatkan oleh efek karsinogenik dari tembakau.
- Karena faktor perbedaan jenis kelamin ini, sangat penting untuk memisahkan data berdasarkan jenis kelamin dalam uji klinis untuk meningkatkan angka kelangsungan hidup bagi setiap pasien kanker paru-paru.
- Meskipun dengan ada perbedaan dalam cara kanker paru-paru memengaruhi wanita, seperti jenis kanker, usia diagnosis, dan sejauh mana penyakit telah menyebar, wanita tetap memiliki risiko yang sama dengan pria untuk terserang kanker paru-paru.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami perbedaan penanganan berdasarkan jenis kelamin ini dapat membawa strategi diagnosis dan pengobatan yang lebih efektif untuk wanita dengan kanker paru-paru.
Penyebab kanker paru-paru pada wanita
Penyebab utama kanker paru-paru pada wanita adalah merokok. Secara umum, seorang wanita perokok aktif akan berisiko 12 kali lipat lebih mungkin untuk meninggal akibat kanker paru-paru dibandingkan wanita bukan perokok.
Faktor risiko kanker paru-paru pada wanita bukan perokok
Di lain sisi, wanita yang tidak merokok tetap berisiko untuk terserang kanker paru-paru. Walau sebenarnya secara klinis, belum ada penelitian yang menyimpulkan mengenai alasan pastinya.
Namun ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan seorang wanita yang tidak merokok untuk bisa terserang kanker paru-paru, antara lain:
- Menjadi perokok pasif, yaitu keadaan sering terpapar asap rokok orang lain.
- Usia, risiko terserang kanker paru-paru meningkat seiring pertambahan usia sebagaimana lebih lama terpapar zat karsinogen dibanding orang yang lebih muda.
- Polusi udara di luar ruangan, misalnya sering menghirup asap kendaraan bermotor, asap dari mesin diesel di tempat kerja, dan asap pembakaran sampah.
- Terpapar radon, yaitu gas radioaktif tidak berwarna dan tidak beraroma yang muncul secara alami dan terbentuk dari peluruhan uranium dalam tanah, batu, dan air. Gas ini bisa menumpuk di ruang tertutup.
- Terpapar zat kimia tertentu, seperti kromium, silika, kadmium, arsen, dan nikel.
- Menjalani pola makan yang tidak sehat karena membuat tubuh lebih rentan terhadap kerusakan sel dan inflamasi yang berkontribusi kepada pertumbuhan kanker.
- Mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan sebagai pemicu gaya hidup yang kurang sehat. Zat alkohol berisiko memfasilitasi penyerapan karsinogen dari rokok, meski data ini belum sepenuhnya kuat
- Menghirup asap dari kompor kayu bakar dan batu bara.
- Genetik, yaitu memiliki keluarga inti dengan riwayat kanker paru-paru. Menurut penelitian, memiliki keluarga inti dengan riwayat kanker paru-paru akan meningkatkan risiko seseorang terserang kanker paru-paru juga sebesar 25 persen.
Meski sebagian faktor risiko memang tidak terhindarkan, misalnya faktor genetik, namun sebagian besar lainnya masih bisa kita hindari.
Kuncinya adalah mencari tahu bagaimana cara yang cerdas dalam meminimalkan paparan faktor risiko yang bisa dihindari tersebut.
Pengobatan kanker paru-paru pada wanita
Pengobatan kanker paru-paru pada wanita dilakukan melalui prosedur yang sama dengan kanker paru-paru pada pria.
Pada dasarnya, penanganan dilakukan melalui kategorisasi stadium dan histologinya, yaitu kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel Kecil (NSCLC).
Pada kasus sel kanker yang bermutasi, pengobatan pun akan disesuaikan dengan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan genetik tersebut.
Pengobatan kanker paru-paru sel kecil (SCLC)
Kanker paru-paru sel kecil (SCLC) yang belum menyebar atau masih terlokalisasi bisa ditangani dengan satu bidang terapi radiasi disertai kombinasi obat-obatan platinum dan etoposide.
Sedangkan kanker paru-paru sel kecil (SCLC) yang sudah menyebar ke area yang lebih luas atau ke organ lain, terapi radiasi biasanya tidak efektif.
Utamanya, kondisi ini hanya diobati dengan kemoterapi menggunakan platinum dan etoposide.
Pengobatan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC)
Dalam konteks kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC), terdapat tiga stadium kanker yang memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda, yaitu:
- Stadium IA : Di stadium ini, kanker masih sangat terlokalisasi dan belum menyebar. Operasi atau pembedahan bisa diterapkan untuk mengangkat tumor (reseksi).
- Stadium IB sampai IIIA : Pada stadium-stadium ini, kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening atau jaringan lain di dekat paru-paru. Setelah operasi bedah untuk mengangkat bagian kanker, kemoterapi adjuvan (penunjang) biasanya diberikan untuk membantu mencegah kanker kembali.
- Stadium IV : Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke area yang lebih jauh atau ke organ lain. Pengobatan pada stadium ini melibatkan kemoterapi menggunakan pasangan obat yang berbasis platinum, biasanya ditambah dengan obat bevacizumab yang membantu menghentikan pertumbuhan pembuluh darah baru yang justru dapat memberi nutrisi pada tumor.
Mutasi genetik
Dalam pengobatan kanker paru-paru, beberapa jenis kanker memiliki mutasi genetik tertentu, misalnya:
- Mutasi EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor)
- Mutasi EML4-ALK (Echinoderm Microtubule-associated Protein-like 4-Anaplastic Lymphoma Kinase)
Jenis mutasi yang terjadi pada sel kanker akan memengaruhi pilihan pengobatan. Untuk itu, tes biomarker biasanya dilakukan untuk menentukan jenis mutasi yang ada sebelum memulai pengobatan.
Terapi radiasi
Radioterapi atau terapi radiasi bisa digunakan sebagai penanganan kanker paru-paru pada stadium awal hingga lanjut.
Tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan atau meredakan gejala yang disebabkan oleh tumor, seperti nyeri atau sesak napas. Terapi radiasi tidak digunakan untuk menyembuhkan kanker itu sendiri.
Dengan kata lain, terapi radiasi lebih difokuskan pada upaya meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi ketidaknyamanan atau rasa sakit yang mungkin dialaminya.
Faktor yang memengaruhi peluang kelangsungan hidup
Peluang kelangsungan hidup seorang pasien kanker paru-paru sangat tergantung pada stadium kanker saat terdiagnosis. Misalnya, seberapa besar ukuran tumor dan apakah sudah menyebar ke area lain dari tubuh.
Secara umum, semakin dini kanker bisa terdeteksi, maka peluang untuk kelangsungan hidup yang lebih panjang atau bahkan kesembuhan (pada kasus stadium awal) cenderung lebih baik.
Selain itu, kondisi kesehatan dan kebugaran fisik juga memengaruhi peluang kelangsungan hidup pasien kanker paru-paru. Menjaga tubuh tetap fit atau sehat bisa membantu menghadapi kanker dan efek samping dari pengobatannya juga, misalnya efek samping operasi atau kemoterapi.
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional, dan tidak boleh diandalkan untuk saran medis tertentu.